Siswa Indonesia Gondol Medali Emas di Olimpiade Internasional
Nusa Dua, Kemendikbud--Lima siswa Indonesia berhasil menggondol medali emas pada ajang International Junior Science Olympiad (IJSO) 2016, di Nusa Dua, Bali, hari Sabtu (10/12/2016). Mereka adalah Nixon Widjaja (Indonesia A), Epofroditus Kristiadi Susetyo (Indonesia B), Aditya David Wirawan (Indonesia A), Winston Cahya (Indonesia A), dan Albert Sutiono (Indonesia A).
Selain itu, perwakilan Indonesia pun memperoleh tujuh medali perak, yaitu oleh Joan Nadia (Indonesia B), Haniif Ahmad Jauhari (Indonesia B), Raymond Valentino (Indonesia A), Arkananta Rasendriya (Indonesia A), Gede Aryana Saputra (Indonesia B), Timotius Jason (Indonesia B), Tanya Nuhaisy Wulandari (Indonesia B).
Tim B Indonesia menerima medali emas dengan predikat penghargaan The Best Team, perolehan nilai sejumlah 39,50. Para anggota tim tersebut yaitu Nixon Widjaja, Raymond Valentino, dan Arkananta Rasendriya.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengungkapkan pencapaian perolehan medali dari kedua tim Indonesia (Tim A dan Tim B) merupakan di luar ekspektasi dari Kemendikbud selaku bagian dari Tim Indonesia. “Kita ekspektasinya tiga emas, karena tuan rumah, kita bersyukur karena diperbolehkan untuk mengirimkan dua tim, dan bahkan lebih bersyukur karena semua dapat lima emas, dan tujuh perak, bahkan ranking tim Indonesia ada di urutan kedua, setelah Cina Taipei,” ujarnya.
Ditambahkan Dirjen Hamid, pencapaian medali emas untuk Indonesia pada IJSO itu pada tahun 2005, di Yogyakarta, yaitu memboyong delapan emas. Bahkan, ujarnya, IJSO tahun lalu di Korea, tim Indonesia hanya mendapat dua medali emas.
Hal yang lebih membanggakan, tim Indonesia berhasil memperoleh medali emas tahun ini dengan ketatnya kompetisi masing-masing negara peserta.
“Dulu itu di 2005 kita bawa pulang delapan emas, tapi pesertanya dulu ada 30-an negara, sekarang ada 40-an negara. Bersyukur karena semakin banyak peserta, jadi makin ketat kompetisinya,”jelas Hamid.
Dirjen Hamid mengapresiasi atas partisipasi aktif peserta maupun Pemerintah dari masing-masing negara selama sepuluh hari penyelenggaraan IJSO 2016, yaitu dari tanggal 2 s.d. 11 Desember 2016.
“Kami, Pemerintah Indonesia, sangat menghargai atas partisipasi di dalam perhelatan ini, karena ini juga merupakan bentuk kerja sama dan pengembangan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),” ujar Dirjen Hamid saat memberikan pidato sambutan di acara Penutupan IJSO 2016, di Nusa Dua, Bali, Sabtu (11/12/2016).
Dirjen Hamid berpesan, setiap peserta agar memaknai keberhasilan dalam memperoleh medali bukan sebagai puncak pencapaian, tapi lebih sebagai jalan kesuksesan. “Selamat, kepada semua pemenang, ingatlah perolehan ini bukan sebagai puncak tapi jalan kesuksesan, dan jangan kecewa bagi yang belum memperoleh medali karena sesungguhnya semua peserta disini pada dasarnya pemenang,” jelas Dirjen Hamid.
Pelaksanaan kompetisi internasional ini berbentuk tiga skema yaitu pertanyaan Pilihan Ganda yang telah berlangsung pada 4 Desember 2016, pertanyaan Teori yang telah berlangsung pada 6 Desember 2016 dan Eksperimen pada 8 Desember 2016.
Selain berkompetisi, terdapat rangkaian kegiatan edukasi yang melibatkan partisipasi peserta dari 40 negara ini. Diantaranya, kunjungan edukasi ke tiga sekolah yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3, SMPN 10, dan SMPN 1 Denpasar. Disini, para siswa berkesempatan untuk menonton suguhan pagelaran seni, belajar pentas kesenian daerah seperti menabuh gamelan, dan melukis. Tidak hanya itu, kegiatan eduwisata dan malam budaya (Culture Night) turut meramaikan rangkaian kegiatan IJSO 2016. Pada malam kebudayaan, masing-masing peserta mendapat kesempatan untuk menampilkan budaya masing-masing, dan saling bertukar pengalaman mengenai kebudayaan yang dimiliki.
Tingkat kesulitan soal
Nixon Widjaja, salah seorang tim Indonesia, mengakui kesulitan saat mengerjakan soal IJSO. Menurutnya, tingkat kesukaran soal itu lebih tinggi dari pelajaran umum di sekolah, bahkan banyak materi soal yang tidak diajarkan di kurikulum sekolah.
Dia mengungkapkan kesulitan terbesar saat menghadapi mata pelajaran Fisika. “Soalnya termasuk sulit, bagian teori terutama Fisika paling sulit, contohnya itu ada menghitung tekanan dan volume paru-paru,” jelasnya.
Usai penutupan, Dirjen Hamid menjelaskan perihal ketidaksesuaian kurikulum nasional dengan tingkat kesukaran soal.
Menurutnya, kurikulum di sekolah berlaku untuk semua, dan apabila terdapat siswa yang berkemampuan lebih maka para siswa itu akan mendapatkan pembinaan khusus. Kesukaran soal berdasarkan pertimbangan kemampuan istimewa yang dimiliki masing-masing peserta.
Sebanyak tiga mata pelajaran yang diujikan IJSO ke-13 ini, yaitu mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia untuk siswa yang berusia 15 tahun ke bawah atau jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tes berlangsung demgan tiga bentuk yaitu pilihan ganda (MCQ), teori, dan tes praktek (Experimental Test).
Pada saat bersamaan, penyerahan bendera IJSO 2016 dari Indonesia yang diwakilkan oleh Direktur Pembinaan SMP Ditjen Dikdasmen Kemendikbud Supriyono kepada Negara Belanda yang diwakilkan oleh R. Swartbkol, selaku Duta Besar Belanda untuk Indonesia. Penyerahan ini sebagai bentuk simbolisasi dari Belanda sebagai tuan rumah IJSO 2017. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar