Hari Ini International Junior Science Olympiad (IJSO) ke-13 Resmi Dibuka
Bali, Kemendikbud --- Penyelenggaraan International Junior Science Olympiad (IJSO) ke-13 yang diikuti oleh 48 negera, hari ini dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menngah (Dirjen Dikdasmen), Hamid Muhammad, di Nusa Dua, Provinsi Bali. IJSO yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2004 ini merupakan kompetisi tahunan ajang ilmu pengetahuan alam (Sains). Tahun ini IJSO mengangakat tema “Science for Creative Innovation”.
“Sungguh kehormatan bagi kami menjadi bagian dari komunitas acara IJSO. Kami merasa terhormat bahwa para peserta berkenan mengunjungi Indonesia tidak hanya untuk bersaing dalam kompetisi, tetapi juga untuk bermusyawarah dan menemukan strategi untuk mengembangkan pendidikan melalui kreativitas daan keanekaragaman global dalam ilmu sains,” demikian disampaikan Dirjen Dikdasmen saat membacakan pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy yang pada kesempatan ini berhalangan hadir di acara pembukaan IJSO, di Bali Nusa Dua Convention Center 1.
Olimpiade yang diseleggarakan pada tanggal 2 s.d. 11 Desember 2016 akan mempertandingkan mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia untuk siswa yang berusia 15 tahun ke bawah atau jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tes IJSO terdiri dari 3 jenis yakni pilihan ganda (MCQ), teori, dan tes praktek (Experimental Test).
Dalam penyelenggaraannya, IJSO diikuti oleh 276 siswa, 123 pendamping, 8 visitors, 25 observers, dan 5 executive members, dengan total peserta yang akan ikut sebanyak 437 orang. Peserta dari Indonesia sendiri diikuti oleh 12 siswa dan 6 pendamping. Peserta dari Indonesia tersebut yakni Albert Sutiono, Aditya David Wirawan, Wiston Cahya, Nixon Widjaja.
Selanjutnya Raymond Valentino, Arkananta Rasendriya, Tomotius Jason, Tanya Nuhaisi Wulandari, Epafroditus Kristiadi Susetyo, Gede Aryana Saputra, Haniif Ahmad Jauhari, dan Joan Nadia. Sedangkan pendamping peserta Indonesia terdiri dari Dr. Budhy Kurniawan, Dr. Agustino Zulys, Dr Ahmad Ridwan, Prof. Dr. Triyanta, Dr. Yasman, dan Untuk Triadhi, M.Si.
Pada kesempatan IJSO tahun ini, Dirjen Dikdasmen mengatakan, para peserta olimpiade akan mendapatkan kesempatan mengunjungi berbagai sekolah di Bali. “Kami senang bisa dapat berbagi dengan para peserta Internasional beberapa prestasi yang kami miliki, dan beberapa permasalah pendidikan yang masih harus kami perbaiki dan ditingkatkan kembali,” tutur Dirjen Dikdasmen.
“Kami juga sangat senang dapat berbagi dengan para peserta bahwa kemajuan dalam mengamankan akses pendidikan serta mengangkat kualitas metode pengajaran dan guru Indonesia saat ini telah dilakukan,” tambah Dirjen Dikdasmen.
Berbagi cerita tentang pendidikan di Indonesia tersebut, kata Dirjen Dikdasmen, mengingatkan kembali kutipan Ki Hadjar Dewantara (1889 – 1959) yang mengatakan bahwa Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ia mengenalkan pesan Bapak Pendidikan tersebut dan menerjemahkan, “(bagi mereka) yang di depan harus memberi contoh, (bagi mereka) yag di tengah harus membangkitkan semangat, dan (bagi mereka) yang di belakang harus memberikan dorongan”.
“Saya sangat percaya bahwa acara internasional dan kompetisi seperti IJSO ini adalah pelopor dalam pembinaan originalitas yang mengesankan dari anak-anak kita terhadap ilmu pengetahuan. Kewajiban kita para pendidik untuk dapat memberikan contoh, semangat, dan mendorong anak-anak kita dalam pengembangan ilmu pengetahuan global, khususnya Indonesia,” tutur Dirjen Dikdasmen.
Pada kesempatan ini Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Dikdasmen, Supriano, dalam laporannya mengatakan bahwa Indonesia telah melakukan persiapan pelaksanaan IJSO ke-13 ini selama 8 bulan. “Pasca pengunduran diri negara Kamboja sebagai tuan rumah IJSO tahun 2016, Indonesia melalui Kemendikbud menyatakan siap menjadi tuan rumah IJSO ke-13,” jelas Supriano.
Ia mengatakan, penyelenggaraan IJSO dipandang sangat penting dilaksanakan untuk mempromosikan minat atau gemar terhadap sains kepada peserta didik khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama. Selain itu juga memiliki potensi untuk mempromosikan perdamaian dan kesepahaman global.
“Hal tersebut ditunjukan bahwa dalam pelaksanaan IJSO tidak boleh ada negara yang delegasinya dikeluarkan dari keikutsertaannya karena alasan latar belakang politik, ketiadaan hubungan diplomatik, kurangnya penghargaan dari negara penyelenggara IJSO, pemberlakuan embargo, atau alasan lainnya,” jelas Supriano.
Pada kesempatan ini juga Presiden IJSO Paresh K Joshi menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah berjasa atas niat baik dan pertolongan untuk mengambil alih, dan menyelamatkan nasib penyelenggaraan IJSO ke-13. Setelah penyelenggaraan IJSO ke-12 di Korea Selatan, Cambodia ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan IJSO ke-13. Namun setelah itu Cambodia menyatakan mengundurkan diri sebagai tuan rumah penyelenggaraan tahun 2016. Karena banyak ketidakpastian, maka Presiden IJSO penyampaikan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud untuk kesediannya menyadi tuan rumah. Permohonan tersebut pun disambut baik oleh Pemerintah Indonesia.
Dirjen Dikdasmen mengajak kepada seluruh masyarakat dan pegiat pendidikan untuk bersama-sama membantu menyukseskan pelaksanaan IJSO ke-13. “Dengan semangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, mari kita bersama-sama mendukung suksesnya penyelenggaraan IJSO yang siap diselenggarakan di Indonesia,” pesan Dirjen Dikdasmen.
“Saya juga berharap dan saya yakin bahwa penyelenggaraan IJSO ke-13 ini akan produktif dan berguna dengan hasil yang menguntungkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Bali, dan panitia penyelenggara yang telah memberikan dukungan sehingga acara ini dapat terselenggara,” tutup Dirjen Dikdasmen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar