Cari Blog Ini

18 Mei 2017

Kemendikbud Akan Revitalisasi 219 SMK


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Program Revitalisasi SMK sebagai salah satu bentuk implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Sebanyak 219 SMK yang tersebar di berbagai wilayah Tanah Air akan direvitalisasi langsung oleh Kemendikbud, sedangkan sisanya diharapkan dapat direvitalisasi oleh pemerintah provinsi.

"Kepada kepala dinas pendidikan provinsi, 219 SMK ini kami (Kemendikbud) tangani secara terpusat dulu melalui Direktorat Pembinaan SMK. Kami mohon SMK lain yang jumlahnya sangat banyak mohon revitalisasinya ditangani pemerintah provinsi. Kami siap membantu," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad, saat meresmikan peluncuran Program Revitalisasi SMK di Stadion Manahan Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (17/5/2017).

Ke-219 SMK yang akan direvitalisasi Kemendikbud tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua. SMK itu antara lain berlokasi di Aceh (4 SMK), DI Yogyakarta (13 SMK), DKI Jakarta (8 SMK, Gorontalo (3 SMK), di Jawa Barat (21 SMK), di Jawa Tengah (35 SMK), dan di Papua Barat (3 SMK).

Hamid mengatakan, hingga tahun 2019, Kemendikbud akan merevitalisasi 1.650 SMK dari total SMK di Indonesia sebanyak  13.600 SMK, sedangkan revitalisasi SMK lainnya diserahkan kepada pemerintah provinsi. Revitalisasi tahap pertama sebanyak 219 SMK ini diharapkan tahun depan telah mengalami kemajuan dan perkembangan.

"Kemungkinan pada akhir tahun, mungkin sekitar bulan Oktober atau November, Presiden Jokowi dan Mendikbud Muhadjir Effendy akan mengunjungi SMK-SMK itu untuk melihat apa yang sudah dihasilkan," tutur Hamid. Namun, ia menegaskan, proses revitalisasi 219 SMK itu tidak akan berhenti sampai akhir tahun 2017. Revitalisasi akan terus dilakukan sampai SMK-SMK itu memenuhi komponen-komponen dalam Program Revitalisasi SMK.

Hamid menjelaskan, ada lima komponen yang akan direvitalisasi dari sebuah SMK, yaitu kurikulum, pendidik, fasilitas, kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), dan kualitas lulusan. "Aspek kurikulum adalah hal pertama yang harus direvitalisasi agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri," tuturnya.

Kekurangan pendidik atau guru produktif di SMK juga menjadi salah satu kendala dalam menghasilkan lulusan SMK yang berkualitas. Hamid mengatakan, berdasarkan data dari Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, SMK-SMK di Indonesia kekurangan 91.000 guru produktif di SMK. Karena itulah Kemendikbud menjalankan Program Keahlian Ganda untuk merekrut guru adaptif menjadi guru produktif (baca juga: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/04/program-guru-keahlian-ganda-tahap-ii-siap-dibuka ).

Untuk fasilitas pembelajaran di SMK, Kemendikbud akan merevitalisasi ruang praktik atau laboratorium, serta peralatan dan bahan praktik agar sesuai dengan perkembangan di dunia industri. Kerja sama antara SMK dengan DUDI juga harus diperkuat. "Selama ini sudah ada kerja sama, tapi kurang intensif. Perlu adanya intensitas lebih lanjut agar merekatkan kembali kerja sama antarlembaga. Tidak mungkin lulusan SMK diterima (kerja) jika tidak ada hubungan erat dengan industri," kata Hamid.

Untuk dapat diterima kerja di DUDI, lulusan SMK juga harus berkualitas. Kualitas lulusan ini pun menjadi salah satu komponen yang harus direvitalisasi. Hamid menuturkan, setiap lulusan SMK yang akan direvitalisasi, harus lulus uji kompetensi dan mendapatkan sertifikasi keahlian yang diakui dunia usaha dan dunia industri.

Peluncuran Program Revitalisasi SMK dilaksanakan berbarengan dengan Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK ke-25 Tingkat Nasional, di kawasan Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah. LKS SMK tahun ini diikuti sekitar 1.900 siswa SMK yang akan berkompetisi di 56 bidang lomba, pada tanggal 14 s.d. 19 Mei 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Entri yang Diunggulkan

MERDEKA MENGAJAR