Jakarta – Presiden Joko
Widodo (Jokowi) seringkali berpesan agar pemerintah fokus menyiapkan Sumber
Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas sehingga Indonesia bisa melakukan
lompatan kemajuan dan mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain. Menurut
prediksi, pada tahun 2040 Indonesia akan memiliki 195 juta penduduk usia
produktif; dan 60 persen penduduk usia muda di tahun 2045 yang harus dikelola
dengan baik agar menjadi bonus demografi demi terwujudnya Indonesia Emas pada
100 tahun kemerdekaan.
“Kita harus mampu membalikkan piramida kualifikasi tenaga kerja yang saat ini
mayoritas masih berpendidikan SD dan SMP menjadi sebuah tenaga kerja yang
terdidik dan terampil,” tutur Presiden Jokowi dalam Rapat Terbatas tentang
pendidikan dan pelatihan vokasi beberapa waktu lalu.
Tenaga kerja yang berdaya saing dan terampil salah satu di antaranya dilahirkan
dari pendidikan dan pelatihan vokasi yang bermutu dan relevan dengan tuntutan
dunia usaha dan industri (DUDI) yang terus menerus berkembang. Namun, data
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, proporsi pengangguran terbesar adalah
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,84 persen.
Melihat kondisi tersebut, Presiden Jokowi menginstruksikan perombakan sistem
pendidikan dan pelatihan vokasi, dan pemerintah harus melakukan reorientasi
pendidikan dan pelatihan vokasi ke arah demand driven. Melalui Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016, Presiden menegaskan perlunya revitalisasi
SMK untuk meningkatkan kualitas SDM. Inpres tersebut menugaskan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membuat peta jalan pengembangan
SMK; menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai
pengguna lulusan
(link
and match).
Selain itu, Kemendikbud bertugas untuk dapat meningkatkan jumlah dan kompetensi
bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK; meningkatkan kerjasama dengan
kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan dunia industri; serta
meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK; dan membentuk
kelompok kerja pengembangan SMK.
Kesesuaian
dan Keterkaitan dengan DUDI Jadi Kunci Revitalisasi SMK
Pada tahun 2017, telah ditunjuk 125 SMK yang memiliki bidang keahlian sesuai
dengan prioritas pembangunan nasional, yaitu kemaritiman, pariwisata, pertanian
(ketahanan pangan), dan industri kreatif, serta 94 SMK bidang keahlian lainnya
yang juga mendukung prioritas pembangunan nasional. Menurut Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud), pemilihan keempat program studi yang menjadi fokus
pengembangan SMK tersebut berdasarkan arah pembangunan ekonomi Indonesia. Empat
sektor unggulan nasional tersebut diproyeksikan akan menyerap sejumlah besar
tenaga kerja.
Program Revitalisasi yang dilaksanakan oleh SMK percontohan meliputi
pengembangan dan penyelarasan kurikulum dengan DUDI; inovasi pembelajaran yang
mendorong keterampilan abad 21; pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru
dan tenaga kependidikan; standarisasi sarana dan srasarana utama; pemutakhiran
program kerja sama industri; pengelolaan dan penataan lembaga; serta
peningkatan akses sertifikasi kompetensi.
Perbaikan dan penyelerasan kurikulum SMK akan memantapkan model kesesuaian dan
keterkaitan (link and match) dengan DUDI. Kurikulum dirancang dengan
berorientasi pada penggabungan antara instruction dan construction sehingga
pendekatan utama dalam membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu pada fase
pembelajaran di sekolah ataupun praktik di industri dan berorientasi pada hasil
proses pembelajaran yang diinginkan. Saat ini pemerintah melakukan penyelarasan
kurikulum SMK yang mencakup pengembangan SMK 4 tahun yang memiliki nama
kompetensi dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang berbeda dengan SMK 3
tahun.
Adapun penyediaan pendidik kejuruan yang kompeten ditempuh melalui program
sertifikasi keahlian ganda. Sampai dengan tahun 2019, Kemendikbud akan
mentransformasi setidaknya 45 ribu guru normatif di SMK menjadi guru produktif.
Selain itu, pemerintah mendorong program magang industri untuk guru produktif,
serta meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan TIK untuk menunjang proses
belajar mengajar.
Peningkatan kebekerjaan lulusan SMK akan didorong melalui pemberian sertifikasi
kompetensi lulusan yang ditempuh melalui pengembangan SMK menjadi Lembaga
Sertifikasi Profesi Pihak Satu (LSP-P1). Pembentukan LSP-P1 difokuskan pada
sekolah yang memiliki peserta didik >600. Saat ini SMK yang memiliki peserta
didik >600 ada sekitar 4.000 SMK yang memiliki 90 persen total jumlah
peserta didik SMK.
Perluasan teaching factory di SMK dirancang agar mendorong inovasi dan
produktivitas. “Dengan teaching factory, siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai skill atau kemampuan teknis, tetapi juga sampai pada konsep
pengembangan usaha,” ujar Mendikbud.
Diharapkan pada tahun 2020, melalui program revitalisasi SMK, akan terwujud
kondisi sebagai berikut:
SMK melayani 5,5 juta siswa
dengan pendidikan berbasis IT melalui 1.650 SMK Rujukan, 850 SMK Reguler, 3.300
SMK Aliansi serta 750 SMK Konsorsium;
80 persen tamatan SMK bekerja
dibidangnya, 12 persen berwirausaha, dan 8 persen 1.650 SMK rujukan memiliki
lisensi LSP-P1 dan membawahi 800 TUK bagi siswa dan aliansinya;
750 Teaching Factory dan
Technopark di SMK berfungsi sebagai Rumah Inovasi;
1.000 Lembaga Kursus dan
Pelatihan, serta 350 SMA Luar Biasa terintegrasi dengan SMK.
45.000 Guru Keahlian Ganda
dan 2500 Instuktur Kursus;
1,75 juta lulusan SMK, 1 juta
lulusan Kursus dan Pelatihan, 1.200 lulusan SMA Luar Biasa memiliki sertifikat
keahlian;
SMK menjadi pilihan utama
bagi lulusan SMP untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan menengah.
Dalam pelaksanaan
revitalisasi SMK, Kemendikbud bekerjasama dengan berbagai sektor, baik di
pemerintahan, dunia usaha dan industri, serta lembaga non pemerintah dalam dan
luar negeri. Selain Kemendikbud, Inpres nomor 9 tahun 2016 juga menugaskan
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Perindustrian,
Kementerian Ketenagakerjaan; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian
Perhubungan; Kementerian Badan Usaha Milik Negara; Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral; serta Kementerian Kesehatan. Sinergi antar pemangku
kepentingan mutlak diperlukan untuk mewujudkan kualitas SDM yang produktif dan
berdaya saing melalui pendidikan kejuruan dengan industri sebagai
penghelanya.
Lomba
Kompetensi Siswa, Ajang Unjuk Kebolehan Siswa SMK se-Indonesia
Sebanyak 1.111 siswa SMK bersama 1.078 pendamping dari seluruh Indonesia
berkumpul di Surakarta, Jawa Tengah dalam ajang nasional Lomba Kompetensi Siswa
(LKS) ke-25. Selama lima hari, sejak 15 sampai dengan 19 Mei 2017, para
siswa SMK mewakili sekolahnya mengikuti beragam lomba yang menguji keterampilan
dan kompetensi di 56 bidang kompetensi keahlian. Pemenang LKS tahun ini akan
menjadi wakil Indonesia di ajang World Skill Competition tahun 2017 yang akan
dilaksanakan di Rusia.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid
Muhammad menyatakan salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk merespons
masalah kualitas lulusan SMK adalah melalui Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK.
Disebutkannya, sekolah yang berhasil mengirimkan peserta didiknya ke ajang
kompetisi tingkat nasional ini merupakan SMK terbaik di daerahnya.
“Oleh karena itu, dengan LKS ini diharapkan semakin banyak SMK yang
terpacu untuk berkompetisi dan menghasilkan lulusan-lulusan terbaik pula”, ujar
Dirjen Hamid dalam pembukaan LKS-SMK ke-25 di Gelanggang Olahraga Manahan,
Surakarta, Senin (15-5-2017).
Selain lomba, Kemendikbud juga menyelenggarakan seminar internasional
pendidikan vokasi bertajuk “Establish the Standard Quality of Vocational School
Graduate to Face the ASEAN Qualification Skill Competencies” dalam rangkaian
LKS-SMK kali ini. Seminar yang menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari
guru, pemerintah daerah, akademisi, serta pelaku dunia usaha dan dunia industri
ini diharapkan dapat membantu pelaku pendidikan kejuruan untuk
mengindentifikasi strategi pengembangan lulusan SMK dan kualitas SMK di
masing-masing regional, terutama hubungan dengan dunia usaha dan dunia
industri.
“Saya melihat acara seminar ini adalah ajang berbagi pengalaman dan
praktik baik bagi setiap orang untuk membangun kebijakan revitalisasi
pendidikan vokasi,” ujar Mendikbud Muhadjir Effendy saat memberikan sambutan
pada acara pembukaan seminar internasional di Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (16-5-2017).
Beberapa pembicara yang didatangkan dari luar negeri di antaranya adalah
Catherine Moliac (Inspektur Pendidikan Nasional Perancis), John May (Sekretaris
Jenderal The Duke of Edinburgh’s Award International Foundation), dan Volker
Schimd (Kepala Penjualan se-Asia Pasifik PT Festo, Jerman), dan lainnya. Para
pembicara yang berasal dari tanah air di antaranya adalah Gatot Hari
Priowirjanto (Direktur Sekretariat SEAMEO), Ananto Kusuma Seta (Staf Ahli
Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing), dan Ravik Karsidi (Rektor Universitas
Sebelas Maret).
http://www.kemdikbud.go.id/